Skyper

“Halo…” Sapa Untung Udji, jaksa di Kejaksaan Agung.
“Halo Mas, ini Ayin Mas” Suara Atalyta Suryani terdengar panik.
“Oh, ada apa dik.?”
“Urip Mas, Saya pakai nomer lain sekarang. Urip Mas, tertangkap <KPK.”
“Hah..?
**********

Seberapa cepat sebuah kejahatan bisa terbongkar?..
kalau pertanyaan itu ditanyakan kepada KPK, yang menangkap penelpon yg ada diawal tulisan ini, jawabannya : “Bisa berbulan-bulan”. Tapi kalau pertanyaan itu ditanyakan kepada Skyper, seorang anggota kelompok peretas komputer Jerman The Hacker’s Choice, jawabannya mungkin bisa singkat, Dalam hitungan detik.

Ya, dalam hitungan detik, lelaki ini memang bisa membongkar sistem keamanan telepon seluler GSM lalu menyadapnya. Berikan nomor ponsel anggota DPR atau Jaksa nakal seperti percakapan diatas, hanya dalam beberapa kedipan, Skyper bisa ikut menguping pembicaraan atau melihat isi pesan singkat anggota DPR atau Jaksa nakal tersebut.

Skyper, adalah lelaki kalem. rambutnya dicukur tipis, nyaris gundul, dia menghiasi wajah tirusnya dengan kacamata tebal, seperti penampilan kebanyakan kutu buku lain nya. Dibalik wajah kalemnya itu, editor majalah Phrack ini telah menggegerkan dunia. Termuannya soal menerobos sistem jaringan GSM yg dia paparkan di Hack in The Box Security Conference, konferensi para peretas komputer di Dubai april lalu membuat dia banyak disorot. “GSM ternyata mudah dibobol”.

Skyper tak perlu alat canggih, juga alat yang harganya ratusan juta hingga miliaran ruipiah. ia tak butuh Verint, alat penyadap buatan inggris yg banyak dipakai para aparat. Dia juga tak perlu G12 buatan israel yang konon dipakai Detasemen Khusus 88 Anti teror untuk memburu teroris Noor Din M Top. ia juga tak memakai alat penyadap buatan jerman seperti yang kabarnya dipakai KPK untuk memata-matai anggota DPR atau Artalyta Suryani, orang yang diduga menyuap jaksa.

yang dibutuhkan Skyper adalah ponsel SE W830i atau N3660 atau samsung SGH 269 Nokia 3310, yang bekasnya saja susah dicari di negeri kita, serta sejumlah peranti lunak. Dengan alat sederhana itu kini orang bisa menguping pembicaraan orang lain.

Ini bisa disebut berkah, walau juga bisa jadi musibah.
Berkah, karena kelak penyadapan terhadap para anggota DPR nakal, Jaksa nakal atau para pejabat nakal tak hanya dilakukan segelintir penyidik KPK, yg kini kelimpungan gara-gara order kasus korupsi membengkak. Siapa tahu, setelah temuan ini, ada serombongan “peretas baik hati” yang ikut mengintai para abdi rakyat yang bengal itu. jadi, KPK tak perlu waktu berbulan-bulan untuk mengungkap sebuah kasus korupsi.

Dalam kasus suap ailh fungsi hutan di Kepualauan Riau misalnya, KPK perlu sedikitnya enam bulan untuk menyadap anggota DPR, Al-Amin nasution, sebelum ditangkap.

Enam bulan mengawasi, duh, betapa repotnya. “itu enam bulan penyadapan yang mendebarkan”, kata salah satu anggota KPK. Bagaimana jantung para penyidik KPK tidak berdetak kencang, saat mereka mencuri dengar ada bumbu cerita soal “Resensi” tentang kualitas wanita-wanita penghibur yang dijadikan bonus bonus bagi Al-Amin. “Wanita yang baju putih itu tak enak.

Dengan merebaknya penyadapan ini, para pelaku kejahatan mestinya ingat peribahasa kita ” Sepandai-pandai tupai meloncat, sekali-kali gagal juga”. Dan sastrawan rusia Leo Tolstoy : “Tuhan tahu, tapi ia menunggu”.
Hanya soal waktu, Tuhan akan mengungkap noda kejahatan seseorang.

Sumber : Beranda koran tempo edisi jum’at 11 juli 2008
ngetik ulang, 99% tulisan asli dari Mr. Burhan Sholihin wartawan TEMPO